Banjarbaru – Dalam rangka memperingati Haul Sunan Gunung Jati, Syekh Muhammad Assamman, serta para masyayikh pada bulan Dzulhijjah, Majelis Ahbaabul Musthofa Banjarbaru menggelar majelis haul yang berlangsung khidmat pada Selasa (17/6/2025) sore.
Acara yang digelar di Pendopo Agung Majelis Ahbaabul Musthofa, Komplek Sa’adah 1, Gang Darul Aman, Sungai Paring, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, dihadiri ratusan jamaah dari berbagai wilayah seperti Banjarbaru, Martapura, hingga daerah sekitar.
Majelis yang dipimpin oleh Guru Ahmad Muhajir ilallah ini telah tumbuh dari ruang kecil di rumah pribadi menjadi sebuah pendopo sederhana namun representatif, berkat antusiasme jamaah dan dedikasi dalam dakwah.
Para jamaah yang hadir tampak mengenakan busana serba putih, mengikuti rangkaian kegiatan seperti pembacaan Maulid, dzikir, tahlil, dan tausiah yang berlangsung dengan penuh kekhusyukan.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang mengenang sosok para aulia dan masyayikh seperti Syekh Muhammad Assamman dan Sunan Gunung Jati, namun juga menjadi momen mempererat ukhuwah serta meneladani perjuangan para ulama salaf dalam menyebarkan nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin.
Hadir sebagai penceramah utama, Tuan Guru KH. Ahmad Baidhawi, M.A., salah satu dewan guru Pondok Pesantren Darussalam Martapura, yang memberikan tausiah seputar keutamaan menjaga salat lima waktu.
"Kita semua berharap para jamaah menjaga salat lima waktu. Nabi Muhammad SAW bersabda Barang siapa menjaga (memelihara) akan sembahyang lima waktu Allah taala angkat kesempitan hidup nya, maka laksanakanlah salat agar hidup menjadi lapang dan tenang," ujar KH. Ahmad Baidhawi dalam tausiahnya.
Ia juga menekankan pentingnya meneruskan perjuangan para wali dan ulama terdahulu dalam menjaga warisan keilmuan dan spiritual umat Islam.
Guru Ridhani turut hadir membacakan ayat suci Al-Qur’an, sedangkan Guru Ahmad Muhajir ilallah, selaku Khodimul Majelis, memimpin jalannya acara dengan penuh khidmat.
"Haul ini bukan sekadar mengenang, tapi juga sebagai sarana menyerap keberkahan dari sanad keilmuan dan perjuangan para masyayikh," ucap Guru Ahmad Muhajir.
Dalam sambutannya, Guru Muhajir juga mengungkap silsilah keluarganya yang menurut riwayat memiliki garis keturunan dari Sunan Gunung Jati.
"Menurut sejarah keluarga, nenek saya adalah anak dari Mbah Anjar, putri dari Kyai Hasan Besari bin Kyai Isa bin Kyai Zainal Musthofa Palem, yang merupakan keturunan dari Kediri," tuturnya.
"Silsilah ini juga tercantum di Masjid Zainal Musthofa yang merujuk kepada Sunan Gunung Jati."
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada KH. Ahmad Baidhawi yang merupakan guru beliau semasa menuntut ilmu di Ponpes Darussalam Martapura.
Sementara itu, Guru Ridhani mengapresiasi keberlangsungan pengajian yang rutin digelar setiap Selasa sore di Majelis Ahbaabul Musthofa.
"Alhamdulillah, banyak ilmu bermanfaat yang saya dapat dari pengajian ini. Semoga kita semua yang hadir mendapatkan keberkahan dan dikabulkan segala hajat," harapnya.
Hadir pula Ibu Naniek Rusdianti, S.Sos., S.Kom.,MA., dari Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Selatan. Ia memberikan apresiasi kepada seluruh pendakwah yang terus berkontribusi dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Kalsel.
"Kegiatan seperti ini sejalan dengan visi pembangunan Kalimantan Selatan yang Religius dan Berkelanjutan. Kolaborasi antara ulama, umara, akademisi, pengusaha, media, dan masyarakat sangat penting dalam membangun Kalsel yang MAJU: Makmur, Sejahtera, dan Berkelanjutan," jelasnya.
Majelis haul ini menjadi salah satu bentuk pelestarian tradisi keislaman di Kalimantan Selatan, serta pengingat bahwa warisan spiritual para wali tetap hidup dalam hati masyarakat yang mencintai ilmu dan keteladanan.