JAKARTA — Sebuah penelitian menarik mengenai preferensi rasa makanan mengungkapkan adanya keterkaitan antara kecenderungan psikopat dengan kesukaan terhadap rasa pahit. Studi ini dilakukan oleh dua peneliti psikologi, Christina Sagioglou dan Tobias Greitemeyer, dari Universitas Innsbruck, Austria.
Dalam hasil penelitiannya, mereka menemukan bahwa individu yang cenderung menyukai makanan dan minuman dengan cita rasa pahit, seperti kopi hitam, lobak, bir, air tonic, hingga seledri, menunjukkan skor kepribadian yang lebih tinggi pada indikator sifat kejam, manipulatif, dan antisosial, karakteristik yang sering diasosiasikan dengan psikopati.
"Preferensi terhadap rasa pahit secara signifikan berkorelasi positif dengan sifat-sifat kepribadian gelap, seperti narsisme, sadisme, dan psikopati," tulis keduanya dalam laporan hasil riset yang dipublikasikan dalam jurnal Appetite.
Secara medis, psikopat dikenal sebagai gangguan kepribadian antisosial. Ini merupakan kondisi mental yang ditandai dengan pola perilaku yang terus-menerus melanggar hak orang lain, norma sosial, dan aturan hukum. Penderitanya cenderung tidak memiliki empati, rasa bersalah, serta seringkali bersikap manipulatif, impulsif, dan tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Sagioglou dan Greitemeyer juga menjelaskan bahwa fenomena ini bisa dikaitkan dengan konsep supertasting — yaitu kepekaan yang lebih tinggi terhadap rasa, khususnya rasa pahit. Menariknya, fenomena ini tak hanya ditemukan pada manusia, namun juga pada hewan seperti tikus, yang menunjukkan respons emosional lebih tinggi terhadap stimulus rasa pahit.
Sebaliknya, individu yang memiliki karakter ramah dan empatik cenderung lebih menyukai makanan manis, seperti cokelat dan permen. Hal ini memperkuat dugaan bahwa preferensi rasa seseorang dapat menjadi indikator awal dalam membaca kepribadian atau kondisi psikologis tertentu.
Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menstigmatisasi orang yang menyukai makanan pahit, namun lebih kepada membuka wawasan bahwa selera makan bisa mencerminkan sisi psikologis seseorang secara mendalam.
Sumber: CNBC Indonesia