Depok,– Sebuah video menampilkan seorang pria yang mengaku bagian dari "ring satu Istana" dan memamerkan senjata api di tengah perselisihan lahan di kawasan Rangkapan Jaya Lama, Cinere, Depok, viral di media sosial sejak Jumat (28/6/2025).
Aksi pria berkaos biru itu terjadi di area bekas Rumah Pemotongan Hewan (RPH), yang kini menjadi lokasi pembangunan Madrasah Tsanawiyah Negeri. Dalam video yang beredar, pria tersebut terdengar menyatakan bahwa dirinya berasal dari lingkaran dalam kekuasaan sambil memperlihatkan senjata api di pinggang.
“Saya juga orang pemerintah, saya juga ring satu Istana, ini buktinya,” ujar pria tersebut dalam video berdurasi sekitar satu menit.
Pernyataan itu ia lontarkan di hadapan sejumlah warga dan petugas proyek, yang sedang melakukan pekerjaan menggunakan alat berat di lokasi.
Kepala Kepolisian Resor Metro Depok, Kombes Pol Abdul Waras, mengatakan pihaknya telah menindaklanjuti informasi yang beredar tersebut. Ia menegaskan, penyidik tengah mendalami identitas pria tersebut, termasuk asal-usul senjata yang dipamerkan.
“Sudah kami perintahkan untuk diselidiki oleh Satreskrim. Saat ini tim kami sedang menelusuri siapa yang bersangkutan dan bagaimana bisa membawa senjata api di ruang publik,” kata Abdul Waras saat dikonfirmasi, Sabtu (29/6/2025).
Ia menambahkan, polisi juga akan mendalami apakah senjata tersebut merupakan senjata api resmi dan apakah pria itu benar memiliki hubungan dengan institusi kenegaraan.
Insiden tersebut terjadi di tengah memanasnya konflik lahan antara pihak yang mengaku sebagai ahli waris dan Pemerintah Kota Depok. Lahan seluas sekitar 2.000 meter persegi tersebut diklaim oleh seseorang bernama Bernard, yang mengaku memiliki bukti kepemilikan berupa Sertifikat Hak Milik (SHM).
Pemerintah Kota Depok diketahui tengah membangun MTs Negeri di atas lahan tersebut dengan anggaran mencapai Rp14 miliar yang berasal dari APBD.
Menurut Bernard, proses pengaduan sengketa lahan ini telah disampaikan ke Ombudsman RI sejak beberapa tahun lalu, namun belum mendapatkan titik terang.
“Saya hanya ingin hak saya dihormati. Silakan pemerintah membangun fasilitas pendidikan, tapi selesaikan dulu persoalan tanahnya secara sah,” ujar Bernard dalam wawancara dengan salah satu media lokal.
Meski tengah disengketakan, pekerjaan pembangunan sekolah dilaporkan tetap berjalan di bawah pelaksana proyek PT Pjaya Mandiri dan PT Jessica Anugerah Rezeki. Di lapangan, sejumlah warga terlihat menolak pengerjaan dan mempertanyakan dasar hukum penguasaan lahan oleh Pemkot.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak Pemerintah Kota Depok maupun dari Kementerian Sekretariat Negara terkait klaim pria tersebut yang menyebut dirinya berasal dari "ring satu Istana".(rls)